Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Pemilik Kabar

 Pemilik Kabar Rachel Angel Samosir Tuannya begitu tabah Menjalani sederhana hidup Meromantisasi jalannya yang pelik Agar selalu syahdu dalam jiwa Panjang perjalanan ini seakan pertanda Bahwa jalanan yang ditempuh  Melewati batas raga tiada ujung

Kasih Tak Usang

  Kasih Tak Usang Rachel Angel Samosir 25 tahun telah berlalu Tiada puas sampai maut memisahkan Tiada putus sampai karam kapal itu nyata Tiada bergumam walau wujud lain menderu Tiada mundur walau serangan kenestapaan melanda Tiada mati walau jiwa terbaring di atas tandus raga Tiada pergi selagi kotak itu terus menyanyikan syairnya Tiada lelah walau pundaknya rapuh dimakan waktu Tawanya tetap menggelegar Lelucon lelucon tua itu tetap hangat ditelinga Tetap sedia walau kayu itu hampir putus dari sang pengait Jejak kasih yang tiada tanding   Tangguh seperti baja yang kokoh Sengit rayap itu mengerumuni tumpangan Tak jadi alasan tuk menoleh Pandangnya hanya pada satu objek Sedalam itu, bahkan jauh dari yang terdalam Paras nan indah itu Masih terukir nyata Walau waktu tak pernah mematok berhentinya Lagi-lagi tak perduli Untuk tetap mekar pada harumnya lembah kasih itu        

Syair Jiwa Tiada Arah

  Syair Jiwa Tiada Arah Rachel Angel Samosir Ya, tuan? Apa yang lebih indah dari sekepul atma yang tiada terikat itu? Bukankah itu yang kau inginkan tuan? Tiada lebih menarik sekalipun dari aruminya bunga di pucuk itu Kutanya sekali lagi Adakah sungai yang lebih deras alirannya dari darah yang mengucur tanpa henti itu? Bahkan kau bimbang di atas fatamorganamu yang ditelan ufuk itu Kutanya sekali lagi Megar yang kau puja tiada dua itu Kini hanya terbujur di atas renjana tanpa aksi Lalu apa lagi yang kau tunggu Mematung di atas jiwa yang terkoyak Terombang-ambing di atas ketidakpatuhan hidup Berjalan di atas debu kenestapaan Tatkala rintik mulai menepi di atas bau tanah Bersenandung di atas gemericik air Menunggu tiada arah Di persimpangan jalan yang senyap itu  

Rindu Terbalas

 Rindu Terbalas Rachel Angel Samosir Dentuman rindu dalam satu waktu  Menyesakkan dada  Kala mata sendu itu menemukan jiwanya Hati tak pernah berdusta, diam dalam tumpukan kata tak terucap Ada rasa yang tak biasa bergejolak Menyuarakan aspirasi dalam dada Bibir terasa keluh bersama pakuan dingin Riuh gemuruh hujan lenyap dalam suasana Mengerjapkan detik dalam rangkaian memori Menangkap satu demi satu ingatan yang berhambur Tak ada yang berubah Semua masih sama tercipta Seakan alam semesta telah sepakat Bersama waktu yang tak terhenti Denyut penantian terbayar sudah Tumpah ruah mengiringi sentuhan kepastian